Malam semakin larut, suasana lengang menyelimuti desa payung makmur, kecamatan padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah propinsi Lampung hampir dua Jam ku duduk berdiri modar-mandir di Perempatan Jalan, mana suasana sepi, orang yang lewatpun mulai jarang, membuat suasana semakin mencekam.
"siapa yang janji siapa pula yang mengingkari " gerutuku, "kalau satu jam lagi belum juga datang ku tinggal saja" dalam hati yang jengkel.
Dan ternyata benar sampai jam 12.00 wib. Belum juga muncul orang yang kutunggu, padahal ini perkara penting, dimana obat ini harus segera dibawa pulang untuk mengobati ibu Narsih yang sedang sakit keras.
Ibu Narsih menderita sakit sesak napas, yang diderita nya dari dua tahun yang lalu, namun hingga kini belum juga ada tanda-tanda mau sembuh, malah semakin parah dan ini adalah obat satu-satu nya yang dipesan dokter, dan segera harus diminum.
Ibu Narsih memiliki tiga orang anak. Anak yan pertama nama nya Nero, ia sudah berkeluarga dan tinggal di Pekan baru , bekerja sebagai karyawan pabrik, dimana tinggal dipedalaman dan tidak terjangkau sinyal seluler, yang digunakan untuk komukasi hanya denga HT.
Anak yang kedua juga merantau dan belum diketahui keberadaan nya sejak dua tahun yang lalu.
Sejak kepergian anak kedua dari rumah, Bu Narsih menderita sesak napas, mungkin karena terlalu memikirkan tingkah laku anak nya.
Dan yang ketiga adalah habil, nama lengkap nya Habil al Ihsan, dia kelas III MAS. Nurul Ulum, sejak ayah nya meninggal satu tahun yang lalu, hanya Habil lah yang merawat ibu nya, selain sekolah ia juga bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga nya.
Aku dan Habil berteman akrab meski beda kelas, tapi masih di Sekolah yang sama, Habil selalu cerita tentang keluarga nya, tentang saudara2 nya dan juga tentang penyakit ibu nya yang tak kunjung sembuh.
Malam ini ia memintaku membelikan obat di kota, maklum rumahku dan rumah Habil lumayan jauh, namun kalau kekota lebih dekat dengan rumahku, maka nya Habil minta untuk dicarikan obat untuk ibunya.
Namun setelah obat kudapat ditelpon tidak diangkat, sms juga tidak dibalas, dimanalah anak ini berada, enak kalau ngomong suruh antar kerumah akan ku antar, namun ia pesan obat ini mau diambil sendiri, ya terpaksa ku tunggu.
Sambil menggerutu sendiri akhirnya aku pulang, kuletakan obat diatas meja dan ku hempaskan tubuhku diatas kasur, sambil memikirkan kemana anak itu, kok tega-tega nya obat untuk ibu nya tidak juga dijemput.
"Allahu Akbar2. Laila ha illallah" terdengar suara iqomah di Masjid, aku terperanjat "Astaghfirullah,aku kesiangan" kataku, dan langsung aku bangun ambil wudhu dan lari kemasjid, Alhamdulillah masih kebagian Roka'at terakhir.
Selesai sholat pikiranku berkecamuk tak karuan, memikirkan sahabatku, kemana dia kok tidak ada kabar nya.
"baiklah aku akan antar aja obat nya, kasian ibu Narsih" gumamku.
Dengan bergegas kuhidukan sepeda motor smesh dan lansung tancap gas, skitar satu setengah jam nyampe dirumah bu Narsih, dan heran mengapa banyak orang berkumpul "jangan-jangan" pikirku.
Langsung ku merangsek dalam, kulihat terbujur diatas lantai dengan ditutupi kain panjang, sontak obat yang ku pegang jatuh, dan tubuh serasa lemas tersungkur didepan jenazah ibu Narsih...
"Bu Narsih..." air mata ini tak mampu kubendung, mengalir deras, "huhuhu.. Buu mengapa engkau cepat pergi, seandai nya kemarin lansung kuantar obat nya mungkin tak seperti ini, Huuuu" sambil menangiss ku elus-elus jenazah yang terbujur didepan ku.
Ku hampiri Habil "maafkan diriku teman, aku sudah SALAH SANGKA pada mu, kukira kau lupa akan obat nya, hingga kuberfikir jelek padamu.
Habilpun memeluku erat seakan-tak akan dilepaskan lagi.
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen