Bak tercurah minyak mentah. Gerigi ban sepeda motor spinku tak mampu mencengkram jalan, direm dan digas pun takkan mampu menghalau laju sihitam putih ku, akhirnya terjungkal dan meluncur ke selokan.
"grubyaaaak"
Rupanya hujan semalaman yang membuat jalan menjadi rusak, tambah lagi mobil Pengangkut sawit yang bermuatan melebihi kapasitas lalu lalang hingga yang jadi korban orang kecil seperti kami.
Pakaian kami penuh lumpur berwana kekuningan, wajah anak ku pun tidak berbentuk terbalut lumpur, untung ia tidak cengeng sehingga tetap tegar dan tetap bersemangat.
"yah, kotor semua jadinya" ungkap anaku yang saat ini duduk di kelas VI SD, Habib Muhammad adalah anak pertamaku lahir pada tanggal 19 Agustus Tahun 2007.
Semenjak dari Taman Kanak-kanak akulah yang penjadi ojek pribadi nya, ditawari oleh teman-teman nya untuk bareng naik mobil anak ku tetap bersikukuh pada pendirian nya. Meski panas hujan tetap teguh pendirianya bak batu karang dihempas ombak menggunung tidak akan bergeser walau sehasta.
"Tidak mengapa nak baju kita kotor, asal jangan hati kita yang kotor" jelasku pada nya.
"Memang nya beda yo yah, baju kotor dengan hati yang kotor?" tanya anaku dengan penasaran sambil membersihkan baju nya, sesekali ia ambil air yang bersih diselokan untuk diusapkan ke muka.
"woo.. Ya jelas beda to. Sebab kalau baju kotor itu mudah dibersihkan, masuk mesih cuci kasih sabun beres, tapi kalau hati yang kotor untuk membersihkan nya susah, harus banyak taubat dan bergaul dengan anak yang baik-baik, serta butuh waktu yang lama." kataku pada nya. "dan ingat kalau hati sudah kotor maka tak ada kebaikan yang nampak oleh mata kita, yang ada hanya jelek dan salah nya orang.
Inilah salah satu alasan mengapa ayah memasukan dirimu disekolah Islam Terpadu( IT) sumua ini DEMI KAU untuk bisa lebih baik dari ayah" jelasku pada nya.
Kami berdua berjalan meninggalkan lokasi tersebut mancari tempat yang lebih nyaman, "kita mau kemananih lanjut atau pulang dulu?" tanya ku.
"pulang aja ya, yah" kata nya.
"ok" jawabku.
Pulanglah kami berdua sambil tetap tegang diatas kendaraan diiringin dengan rintikan hujan yang belum juga reda.
Jarak rumah dengan sekolah berkisar 15Km, dan itu yang kami tempuh tiap hari, apakah tidak ada sekolah yang lebih dekat dengan rumah?, ada sekolah dekat rumah namun sekolah Dasar Umum, disekolah umum jam pelajaran Agama sangat sedikit takut nanti tidak paham agama, yang paham agama saja masih banyak yang berperilaku menyimpang apalagi tidak paham agama.
Meski terbilang mahal, kami tetap memasukan kesekolah tersebut. Kenapa mahal? Sebab hadiah nya syurga kalau murah hadiah nya kipas angin. hehehe.
Akhir nya kami sampai dirumah dan biasa seorang ibu bila lihat anak nya kotor2 sibuk nya bukan main.
"ada apa nak, kamu tidak kenapa-kenapakan, ada yang luka?" kata istriku dengan cemas dan masih ngoceh terus tanpa henti.
"sudahlah " kataku, "yang penting selamat" lanjutku.
Dan memang begitulah seorang ibu mudah panik dan terkadang over protection terhadap anak-anak, hingga anak nya menjadi manja, kadang malah anak tak bisa kerja apa-apa karena terlalu dimanja.
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen