Sonntag, 28. April 2019

5000 Menjemput Ajal


Langit membiru yang diikat awan putih menambah indah nya cakrawala. Burung-burung seriti pun bernyanyi riang gembira dicelah-celah gedung pertokoan pasar, yang menjadi pertanda sang surya mau Beranjak kepraduan nya.

Aku bersandar di tiang masjid ditengah pasar baru bangko, tepat nya dikecamatan bangko kabupaten Merangin propinsi Jambi. Semilir angin berhembus membelai tubuh, pandanganku menerawang jauh entah kemana rimba nya.

Hampir seharian mutar-mutar Nagih namun tidak satupun yang bayar. Namaku Dimas pekerjaan ku sebagai karyawan koperasi simpan pinjam anugerah.
Pandanganku buyar ketika anak kecil berlari menghampiriku.

"om.om" kata nya.
"oh iya, ada apa nak?" kataku setegah kaget.
"om. Punya duit tidak?" tanya anak kecil tersebut.

Aku pandangi anak kecil tersebut dari kepala hingga kaki. Baju yang dikenakan dampai sendal nya pun kelihatan bukan anak pengemis.
"masak iya sih anak ini pengemis?" gumam ku.
"Maaf nak, aku tidak punya duit" jawab ku dengan nada agak ketus.

Tiba-tiba anak itu merogoh kantong celana nya, diambilah selembar uang kertas lima ribuan dan disodorkan pada ku.

"Sudah kuduga O om lagi kesusahan dan belum makan, maka nya ini saya kasih" kata anak itu sambil menyodorkan lima ribuan.

"ambilah om, Dimas ikhlas" kata nya, mata ku berkaca-kaca sungguh mulia anak ini sebenar nya dari mana dia dan anak siapa dia. Pikiranku berkecamuk tidak karuan.

"Inilah om ambilah" dengan sedikit memaksa, anak itu memegang tangan ku dan memasukan uang lima dibu dalam genggaman, tanpa banyak omong lagi dan belum sempat berterimakasih anak ittu sudah hilang dibalik kerumunan orang yang lalu lalang belanja.

Aku bangkit lihat kiri kanan dan mengejar anak itu namun tidak bertemu jaga.
"ah besok ajalah ku tunggu lagi disini siapa tahu ada anak itu kemari" gumam ku.

Ditengah malam aku terjaga dari tidurku, masih terbayang terus wajah anak kecil yang memberiku uang sore tadi, begitu polos dan ikhlas dia memberiku seolah sudah terbiasa bersedekah.

"ah.. Biarlah" kataku. Aku bergegas bangun dan melaksanakan sholat tahujud, berhubung malam Kamis adalah jatah Ronda, maka keluarlah aku untuk ronda.
Sesampainya di pos ronda ternya sudah ada yang jaga duluan.

"assalamu'alaikum" sapaku pada mereka

"waalaikum salam" jawab mereka kompak.

Aku duduk di balai berhadapan dengan teman jaga, mereka sedang serius membicarakan sesuatu yang hal yang sangat penting kelihatanya. Dengan memberanikan diri ku tanya

"apasih. Kelihatan nya serius sekali" tanya ku penasaran.

"iya tadi ada kecelakaan" kata Andi. Andi adalah tukang ojek yang mangkal diterminal Pasar baru. Dia adalah teman ronda ku malam ini bersama Sudir anak muda yang juga seprofesi dengan Andi, namun beda pangkalan. Andi di terminal pasar Atas dan Sudir di Terminal pasar Bawah.

"Terus bagaimana kejadian nya, siapa yang di tabrak . Atau sekarang bagaimana cerita nya" cecarku yang sangat penasaran ingin tahu.

"kasian" kata sudir

"terus siapa yang kasian" tanya ku

"anak kecil itu, dia sudah yatim dan akhir nya harus menyusul ayah nya". Kata andi
"anak kecil?".. Tanyaku
"iya"
"pakai pakaian putih?"
"iya"
"pakai celana kotak2 dan bersepatu?"
"betul"
"ada memakai tak sandang bergambar Dora emon warna coklat?"

"benar sekali. Kok kamu tahu. Kayak nya kamu mengenal nya ya" kata sudir.

"Astaghfirulah" ku pegang kepalaku kuat-kuat sambil berdiri mondar mandi didepan Andi dan Sudir.

"kalau benar. Dialah anak yang kucari" kata ku

"apa!?" jawab mereka bersamaan.
Aku ceritakanlah awal mula bertemu dengan anak itu yang memberikan uang dan belum sempat berterimakasih pada nya.

"itulah dia anak sebatang kara" kata andi,

"setelah dibawa kerumah sakit nyawa nya tak bisa diselamatkan dan akhir nya dimakamkan di pemakaman rumah sakit" lanjut andi.

"ternyata pertemuanku dengan anak itu adalah yang pertama dan yang terakhir" kataku.

Memang takdir tidak ada yang tahu kapan datang nya, namun dengan bertemu nya aku dengan anak itu mengingatkanku bahwa berbuat baiklah kepada siapapun, bersedekah pun tidak kepada yang miskin saja namun kepada siapa saja yang membutuhkan.dan tidak ada yang tahu ternya 5000 MENJEMPUT AJAL nya. Aku sangat beruntung sekali bertemu dengan anak itu  dan merasa sangat malu, anak yatim saja mampu bersedekah yang kemungkinan itu harta satu-satu nya yang ia miliki.

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen